Search

Kebangkitan Teknologi China Akibat Pembatasan Amerika
Sumber Gambar : Tekno.Kompas.com

Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China di bidang teknologi semakin memanas. Berbagai sanksi dan pembatasan yang diterapkan AS terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China, seperti Huawei, ZTE, dan SMIC, awalnya dianggap sebagai pukulan telak bagi industri teknologi China. Namun, alih-alih melemahkan, hukuman tersebut justru menjadi pemantik bagi kebangkitan teknologi China.

Menurut laporan terbaru dari Kompas Tekno (20/3/2025), China telah berhasil mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan investasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan (R&D), serta dukungan penuh dari pemerintah, China berhasil mengurangi ketergantungannya pada teknologi AS. Salah satu bukti nyata adalah kemajuan pesat dalam pengembangan chipset dan sistem operasi buatan dalam negeri. "Kami menyadari bahwa ketergantungan pada teknologi asing adalah kerentanan strategis. Oleh karena itu, kami fokus pada pengembangan teknologi mandiri," kata seorang pejabat tinggi Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China, seperti dikutip dari Kompas Tekno.

Salah satu keberhasilan besar China adalah peluncuran chipset "Loongson" yang sepenuhnya dirancang dan diproduksi di dalam negeri. Chipset ini telah digunakan dalam berbagai perangkat, mulai dari smartphone hingga superkomputer. Selain itu, China juga mengembangkan sistem operasi "HarmonyOS" yang kini menjadi pesaing serius bagi Android dan iOS. Tidak hanya di bidang hardware, China juga membuat terobosan signifikan dalam bidang software dan kecerdasan buatan (AI). Perusahaan-perusahaan China seperti Baidu, Tencent, dan Alibaba telah mengembangkan platform AI yang mampu bersaing dengan produk-produk dari AS.

Para analis memprediksi bahwa kebangkitan teknologi China ini akan mengubah peta persaingan global. "China tidak hanya mengejar ketertinggalan, tetapi juga berpotensi menjadi pemimpin dalam beberapa bidang teknologi," ujar seorang analis teknologi internasional.

Meskipun demikian, tantangan tetap ada. China masih harus menghadapi masalah seperti kurangnya tenaga ahli di beberapa bidang dan tekanan geopolitik yang terus berlanjut. Namun, dengan semangat inovasi dan dukungan pemerintah, masa depan teknologi China terlihat cerah. Kisah kebangkitan teknologi China ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak negara. Tantangan dan tekanan justru dapat menjadi pendorong untuk mencapai kemajuan yang lebih besar. Seperti kata pepatah China, "Dalam setiap krisis, terdapat peluang."

Referensi: [Kompas Tekno](https://tekno.kompas.com/read/2025/03/20/11040067/ketika-hukuman-amerika-jadi-pemantik-kebangkitan-teknologi-china)
Shin Tae-yong Memberikan Analisis yang Menyebabkan Kekalahan Timnas dari Australia
Sumber Gambar : google.com


Tim Nasional Indonesia mengalami kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang berlangsung di Sydney Football Stadium, Sydney, pada Kamis, 20 Maret 2025. Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memberikan analisis mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan tersebut.

Shin Tae-yong menilai bahwa strategi pressing yang diterapkan oleh pelatih baru, Patrick Kluivert, tidak berjalan efektif. Ia menduga hal ini disebabkan oleh minimnya waktu latihan yang dimiliki tim untuk beradaptasi dengan strategi baru tersebut. Akibatnya, pemain sering kehilangan man-to-man marking, yang berkontribusi pada kebobolan gol. Selain itu, Shin Tae-yong menyoroti kelemahan Timnas Indonesia dalam mengantisipasi skema bola mati. Ia menyayangkan banyaknya gol yang lahir dari situasi set piece.

Shin Tae-yong juga menyoroti momen penting di awal pertandingan ketika Timnas Indonesia gagal memanfaatkan peluang emas melalui tendangan penalti. Kegagalan ini dianggap mempengaruhi mental dan jalannya pertandingan selanjutnya. Analisis yang disampaikan oleh Shin Tae-yong memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi performa Timnas Indonesia dalam pertandingan tersebut. Diharapkan, evaluasi mendalam dapat dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dan meningkatkan performa tim pada pertandingan selanjutnya.

Referensi 

bola.okezone.com. "Singgung Patrick Kluivert, Shin Tae-yong Ungkap 2 Penyebab Timnas Indonesia Kalah Telak 5-1 dari Australia." Diakses pada 22 Maret 2025, dari https://bola.okezone.com/

 

Apa Perubahan RUU TNI yang Menimbulkan Kekhawatiran ?

Rancangan Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) yang baru-baru ini mendapat sorotan publik telah menimbulkan berbagai kekhawatiran di kalangan masyarakat. Beberapa perubahan dalam RUU ini dianggap dapat mengaburkan batas antara kewenangan sipil dan militer serta berpotensi memengaruhi stabilitas demokrasi di Indonesia. Berikut adalah beberapa perubahan yang menjadi perhatian utama:

1. Kedudukan TNI dalam Perencanaan Strategis

Salah satu perubahan mencolok dalam RUU ini adalah peran TNI dalam perencanaan strategis yang kini berada dalam koordinasi Kementerian Pertahanan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pengaruh militer dalam pengambilan keputusan sipil akan semakin besar, sehingga mengurangi kontrol demokratis terhadap institusi militer.
 
2. Penambahan Tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP)

RUU TNI menambahkan dua tugas baru dalam OMSP, yaitu:
  • Menanggulangi ancaman siber, yang sebelumnya menjadi ranah institusi lain seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
  • Melindungi dan menyelamatkan warga negara serta kepentingan nasional di luar negeri, yang biasanya merupakan tugas diplomatik di bawah Kementerian Luar Negeri.
Perubahan ini berpotensi menimbulkan tumpang tindih kewenangan dengan lembaga-lembaga sipil lainnya, yang dapat mempersulit koordinasi dan akuntabilitas.
 
3. Penempatan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil

Sebelumnya, jumlah kementerian dan lembaga yang dapat diisi oleh prajurit TNI aktif hanya 10, namun dalam revisi RUU ini diperluas menjadi 14. Beberapa di antaranya mencakup bidang keamanan siber, intelijen, dan penanggulangan terorisme. Kekhawatiran utama dari perubahan ini adalah meningkatnya peran militer dalam pemerintahan sipil yang berpotensi menghambat reformasi sektor keamanan.
 
4. Perubahan Usia Pensiun Prajurit

Perubahan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa dominasi perwira tinggi dalam struktur militer akan semakin panjang, yang berpotensi memperlambat regenerasi dan modernisasi dalam tubuh TNI. Batas usia pensiun prajurit berdasarkan pangkat:
  • Bintara dan tamtama: 55 tahun.
  • Perwira kolonel: 58 tahun.
  • Perwira tinggi bintang satu: 60 tahun.
  • Perwira tinggi bintang dua: 61 tahun.
  • Perwira tinggi bintang tiga: 62 tahun.
  • Perwira tinggi bintang empat: 63 tahun (dengan kemungkinan perpanjangan dua tahun berdasarkan keputusan presiden).

Kritik terhadap perubahan RUU TNI ini berpusat pada potensi meningkatnya peran militer dalam ranah sipil, yang dapat mengancam prinsip supremasi sipil dalam demokrasi. Dengan adanya perluasan tugas dan kewenangan, beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa TNI akan kembali memiliki peran dominan seperti pada masa Orde Baru, di mana militer memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan.

Perubahan dalam RUU TNI ini telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat sipil, akademisi, dan aktivis demokrasi. Pemerintah diharapkan untuk lebih terbuka dalam proses legislasi serta mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak guna memastikan bahwa perubahan ini tidak mengancam prinsip demokrasi dan supremasi sipil di Indonesia. Kejelasan batas antara peran militer dan sipil sangat penting untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dalam negara demokratis.

Referensi
  • Kompas.id. "Demo Tolak Pengesahan RUU TNI, 5021 Personel Gabungan Dikerahkan." Diakses pada 21 Maret 2025, dari https://www.kompas.id
  • SuaraKalbar.co.id. "RUU TNI Diperdebatkan, Ini 4 Pasal yang Dinilai Kontroversial." Diakses pada 21 Maret 2025, dari https://www.suarakalbar.co.id
  • CNN Indonesia. "RUU TNI Dinilai Berpotensi Mengancam Supremasi Sipil." Diakses pada 21 Maret 2025, dari https://www.cnnindonesia.com
  • Tirto.id. "Perdebatan RUU TNI: Antara Reformasi dan Dominasi Militer." Diakses pada 21 Maret 2025, dari https://www.tirto.id

Materi